Banting Setir
Seperti yang sudah saya tulis di postingan sebelumnya, mulai akhir Februari kemarin saya mulai hunting untuk kuliah S2. Sebenarnya kalau mau jujur saya belum bener-bener pingin sekolah lagi. Idealnya kemarin kan kerja dulu trus sekolah lagi tapi ya gimana keadaan tidak memungkinkan. Rejeki harus dicari dimana aja. Mungkin rejeki saya sekolah lagi yaa nggak ada yang tau jadi harus dicoba semua. Sekarang pilihannya mau sekolah diluar atau di Indonesia? Ambil jurusan apa? Saya sempet kepikiran buat kuliah di Indonesia lho haha habis gimana kayaknya biar gampang disini itu butuh link, salah satunya ya lewat kampus. Tapi udah browsing-browsing kayaknya beasiswa dalam negeri masih jarang dan saya masuk kategori nanggung lah kalau mau dapetin itu...Lagipula besarnya beasiswa disini tidak cukup untuk nabung wkwk. Makanya balik lagi deh cari info S2 diluar. Pilihannya jatuh ke Belanda dan Australia karena dua negara itu menyediakan beasiswa penuh selain LPDP. Untuk jurusannya saya pokoknya nggak mau yang terlalu riset, kalau bisa cari yang 1 tahun aja. Setelah berdiskusi dengan beberapa orang akhirnya pilihan jatuh ke health management dan public health.
Step pertama yang harus dilakukan adalah mengambil tes kemampuan Bahasa Inggris, yaitu IELTS atau TOEFL. Dulu waktu daftar G30 Nagoya pakai TOEFL iBT nah sekarang karena lebih condong ingin ke Eropa, salah satunya Inggris, dan kebetulan temen-temen waktu di Jepang kemarin ambil IELTS semua akhirnya saya putusin buat ambil IELTS. Dengan persiapan yang serba mepet semua alhamdulillah hasil IELTS nya sangat memuaskan (lebih dari 6.5) hehe. Saya nggak pakai les, cuma modal internet di rumah saya buku pinjaman IALF dari Kindi (big thanks to Kindi :*). Jadi waktu itu waktu belajar kira-kira ada 2 mingguan, tesnya tanggal 25 Februari. Dari dulu nggak suka les karena mahal wkwk dan jadwalnya nggak fleksibel. Apalagi tesnya sendiri harganya 2.850.000 rupiah hikss. Sekarang di internet banyak kok materi-materi untuk belajar gratis. Saya kemarin ikut online course nya EdX plus browsing sana-sini untuk dapat materi tambahan lainnya. Kuncinya disiplin sama diri sendiri.
Tanggal 10 Maret akhirnya hasil IELTS keluar juga. Langsung deh submit semua persyaratan yang lengkap ke Rotterdam University sama Twente University untuk jurusan health management. Yang Rotterdam udah di submit sejak Sebenernya daftar ke Belanda ini mepet banget karena deadline beasiswa Stuned deadline nya tanggal 31 Maret, sedangkan pengumuman dari universitas ini minim butuh waktu sebulan. Akhir februari tanpa nilai IELTS, di web online nya bisa bilang minta ijin biar nyusul ngirim hasil tesnya gitu.Tapi ya namanya aja usaha tetep harus dicoba. Berharap banget bisa dapet di Belanda ini karena berangkatnya tahun ini bulan Agustus. Setelah ditunggu-tunggu tanggal 31 Maret lewat juga tanpa ada kabar dari pihak Belanda dan artinya saya sudah nggak bisa daftar Stuned karena belum ada Letter of Acceptance atau LoA (padahal berkas lainnya udah lengkap tinggal pencet submit aja).Seminggu setelahnya baru datang email dari Rotterdam kalau saya nggak diterima, disusul minggu berikutnya email dari Twente yang bilang saya juga nggak diterima disana. Alasannya sama, katanya background saya nggak bisa masuk sini, belum pernah ambil hukum atau ekonomi, dsb. Baiklah, bye bye Belanda ~~~ kecewa? nggak terlalu sih haha soalnya saya nggak ngarep apapun, dijalanin aja semuanya.
Karena saya nggak jadi ke Belanda Agustus ini, otomatis saya agak bingung habis kerjaan saya sekarang selesai, saya ngapain ya? Soalnya yang beasiswa Australia pun berangkatnya paling cepet juga masih Maret tahun depan. Alhasil selain daftar S2 di Australia, saya kembali buka-buka website job hunting hahaha. Nggak dikira tiba-tiba Mora nawarin daftar di Roche, terus ada lowongan di danone, sama nggak sengaja liat lowongan di dua travel magazine di Jepang. Semuanya saya coba daftar, tapi sampai hari ini belum ada kabarnya semua (= nggak diterima ya) :p Oh iya sempet ada kejadian super random, saya dapet email dari head hunter di Irlandia, dia nawarin saya buat kerja di Dublin! Shock berat...kerjaan macam apa ini? Ternyata setelah ditanyakan mereka nawarin posisi lingustic specialist di perusahaan game Keywords haha ngakakk..kok bisa nyasar ke saya ya tawarannya?
Balik lagi cerita ke pendaftaran S2 ya, sekarang kita pindah ke Australia. Daftar S2 ke Australia ini relatif lebih gampang dibanding pengalaman saya daftar sekolah ke negara yang lain. Ternyata kebanyakan dari mereka lebih prefer kita daftar lewat agent dibanding lewat online. Kalau lewat online kita dikenai biaya pendaftaran sekitar 100 dollar australia, tapi tergantung universitasnya juga besarnya. Saya sempet daftar ke Murdoch University lewat online karena free. Tapi sayangnya jurusan yang saya pilih sedang tidak bisa menerima mahasiswa asing. Nah kalau lewat agent ini selain semua proses pendaftaran diurusin sama si agent, kita juga bebas dari biaya pendaftaran. Daftar agent yang bekerja sama dengan universitas yang kita mau bisa kita temui di website universitas. Di Surabaya sendiri ada beberapa agent yang bisa dihubungi dan pilihan saya jatuh ke IDP. Kalau lewat agent sini kita bolehnya daftar sewajarnya, maksudnya nggak bisa daftar universitas sebanyak-banyaknya. Kayaknya mereka lebih ngerekomendasiin buat daftar dua universitas dulu saja setelah itu tunggu hasilnya gimana. Saya daftar di Monash University untuk jurusan health management dan di Sydney University untuk jurusan international public health. Saya waktu itu datang sekali ke kantornya tapi setelah itu komunikasi bisa lewat WA maupun email. Responnya lumayan cepat dan mereka sangat kooperatif. Saya sebenarnya agak kaget karena untuk daftar di dua universitas tersebut nggak butuh surat rekomendasi maupun motivation letter. Kok rasanya kegampangan ya...nanya-nanya sama Audrey & Jovan ternyata mereka juga bilang dibanding ke negara lain Australia termasuk yang gampang. Saya nggak tau juga ya gimana universitas Australia nilainya. Untuk yang Monash aja saya bikin statement of purpose sekitar 250 kata.
Karena saya nggak jadi ke Belanda Agustus ini, otomatis saya agak bingung habis kerjaan saya sekarang selesai, saya ngapain ya? Soalnya yang beasiswa Australia pun berangkatnya paling cepet juga masih Maret tahun depan. Alhasil selain daftar S2 di Australia, saya kembali buka-buka website job hunting hahaha. Nggak dikira tiba-tiba Mora nawarin daftar di Roche, terus ada lowongan di danone, sama nggak sengaja liat lowongan di dua travel magazine di Jepang. Semuanya saya coba daftar, tapi sampai hari ini belum ada kabarnya semua (= nggak diterima ya) :p Oh iya sempet ada kejadian super random, saya dapet email dari head hunter di Irlandia, dia nawarin saya buat kerja di Dublin! Shock berat...kerjaan macam apa ini? Ternyata setelah ditanyakan mereka nawarin posisi lingustic specialist di perusahaan game Keywords haha ngakakk..kok bisa nyasar ke saya ya tawarannya?
Balik lagi cerita ke pendaftaran S2 ya, sekarang kita pindah ke Australia. Daftar S2 ke Australia ini relatif lebih gampang dibanding pengalaman saya daftar sekolah ke negara yang lain. Ternyata kebanyakan dari mereka lebih prefer kita daftar lewat agent dibanding lewat online. Kalau lewat online kita dikenai biaya pendaftaran sekitar 100 dollar australia, tapi tergantung universitasnya juga besarnya. Saya sempet daftar ke Murdoch University lewat online karena free. Tapi sayangnya jurusan yang saya pilih sedang tidak bisa menerima mahasiswa asing. Nah kalau lewat agent ini selain semua proses pendaftaran diurusin sama si agent, kita juga bebas dari biaya pendaftaran. Daftar agent yang bekerja sama dengan universitas yang kita mau bisa kita temui di website universitas. Di Surabaya sendiri ada beberapa agent yang bisa dihubungi dan pilihan saya jatuh ke IDP. Kalau lewat agent sini kita bolehnya daftar sewajarnya, maksudnya nggak bisa daftar universitas sebanyak-banyaknya. Kayaknya mereka lebih ngerekomendasiin buat daftar dua universitas dulu saja setelah itu tunggu hasilnya gimana. Saya daftar di Monash University untuk jurusan health management dan di Sydney University untuk jurusan international public health. Saya waktu itu datang sekali ke kantornya tapi setelah itu komunikasi bisa lewat WA maupun email. Responnya lumayan cepat dan mereka sangat kooperatif. Saya sebenarnya agak kaget karena untuk daftar di dua universitas tersebut nggak butuh surat rekomendasi maupun motivation letter. Kok rasanya kegampangan ya...nanya-nanya sama Audrey & Jovan ternyata mereka juga bilang dibanding ke negara lain Australia termasuk yang gampang. Saya nggak tau juga ya gimana universitas Australia nilainya. Untuk yang Monash aja saya bikin statement of purpose sekitar 250 kata.
Sebenernya saya nggak terlalu berharap yang Australia ini karena udah ditolak di Belanda kemarin. Karena jurusan saya kemungkinan besar saya bakal ditolak di Australia untuk jurusan health management. Saya lebih ke arah pingin ngetes kalau di negara lain dengan jurusan yang berhubungan dengan kesehatan apakah saya bakal ditolak juga dengan alasan yang lama. Kalau iya berarti untuk step selanjutnya saya harus coba cari jurusan lain. Awal Ramadhan kemarin sempet satu hari hape saya mati dan baru malam bisa dinyalakan. Betapa kagetnya saya waktu buka email saat itu ada pengumuman dari Sydney kalau saya keterima! Alhamdulillah..agak bingung kok bisa keterima ya? haha yasudah rejeki emang nggak kemana-mana. Langsung deh sejak saat itu hingga hari ini saya tancap gas nyari beasiswa ke Australia. Untuk detilnya akan saya bahas di postingan selanjutnya yaa :)
Oh iya karena Australia ini masih berangkat tahun depan saya harus cari peluang lain tahun ini. Mendadak dapet info tentang Japan Internship Program, yaitu program internship di perusahaan Jepang selama 3 bulan. Semuanya gratis bahkan dikasi uang jajan harian. Langsung deh saya daftar *karena liat gratisannya wkwkwk* Mungkin nanti saya bahas detil kalau saya lolos hehe doakan yaa. Info tentang Japan Internship Program ini bisa dicek disini. Good luck!
Comments
Post a Comment