Budaya Zangyō (残業) di Jepang

Setelah baca artikel ini tentang cara kerja orang Jerman rasanya heran banget kenapa ya Jepang nggak bisa kayak gitu? Kenapa orang Jepang mesti zangyo (lembur)? Apakah memang semua tempat kerja atau instansi di Jepang mengharuskan lembur? Apakah bekerja hingga larut malam sudah menjadi budaya dan aturan tidak tertulis bagi orang Jepang? Jujur saja salah satu hal yang saya benci di Jepang ini adalah adanya lembur dimana-mana, tidak hanya untuk para pekerja tapi pelajar seperti saya pun juga harus lembur.

Dalam artiket di atas disebutkan bahwa ada 4 alasan mengapa orang Jerman bisa bekerja efektif. Yang pertama adalah jam kerja berarti jam kerja dan yang kedua adalah punya tujuan yang jelas. Saat jam kerja ya fokus kerja, jangan melakukan sesuatu diluar itu seperti mengobrol dengan rekan kerja hal-hal yang berkaitan di luar pekerjaan atau sibuk berselancar di internet. Saya sangat yakin kalau orang Jepang punya 2 poin di atas. Mereka adalah orang-orang yang pandai berencana dan bagus dalam eksekusi jadi hasilnya nggak perlu diragukan lagi. Yang menarik adalah poin ketiga dan keempat dalam artikel di atas yang menurut saya menjadi pembeda antara orang Jerman dan orang Jerman. Alasan yang ketiga adalah orang Jerman mempunyai kehidupan di luar pekerjaan lalu alasan terakhirnya adalah bisnis di Jerman menghargai para orang tua yang berkerja. Nah ini nih yang Jepang nggak punya!

Kalau saya amati orang Jepang memang kalau sudah terjun ke suatu bidang mereka bisa bener-bener total. Mungkin sisi baiknya adalah mereka bisa sukses dalam bidang tersebut atau setidaknya bisa hidup dari apa yang mereka kerjakan tadi. Tapi menurut saya totalnya mereka itu terlalu keterlaluan. Misalkan kalau yang kerja di kantor tiap hari lembur atau contoh dekatnya saya lihat oramg-orang di kampus mereka bisa stay di lab setiap hari 24 jam (mungkin agak lebay,tapi bisa dikatakan kayak gitu lho). Saya kadang bertanya apa mereka nggak punya kehidupan lain ya selain dari profesi mereka sekarang? Kalau dipikir-pikir mungkin orang Jepang pada umumnya memang hanya memiliki satu peran saja dalam hidupnya. Kalau pekerja ya hidupnya kerja aja di kantor, kalau peneliti ya hidupnya di lab. Saya coba membandingkan dengan kehidupan saya ketika di Indonesia. Saya adalah pelajar yang tugasnya belajar di sekolah. Saya juga punya peran sebagai anak yang harus patuh dan perhatian pada orang tua. Saya juga punya peran sebagai tetangga yang harus bisa bersosialisasi dengan tetangga kanan-kiri rumah. Saya adalah teman bagi teman saya. Saya juga manusia yang beragama yang harus beribadah pada Allah dan berbuat baik pada sesama. Sekarang pertanyaannya apa orang Jepang punya peran-peran seperti itu? Harusnya jawabannya iya kan, tapi selama saya tinggal disini kayaknya peran mereka cuma ada satu deh ya profesi mereka itu. Ini pada umumnya ya. Kalau hidup di kota pasti nggak punya tetangga karena orang di sebelah kamar kita aja kita nggak pernah tau kok,nyapa aja nggak pernah. Hubungan dengan keluarga biasanya nggak terlalu dekat. Teman itu hanya teman di tempat kantor dan baru bisa dekat kalau sudah mabuk (?) Orang Jepang kebanyakan juga nggak percaya Tuhan jadi mereka nggak punya peran sebagai hambanya Tuhan atau jamaah masjid atau jamaah gereja atau yang lainnya. Makanya mereka tahan ya buat stay di tempat kerjanya lha wong mereka nggak ada kerjaan di tempat lain.

Di Jepang, menjadi orang tua yang bekerja sangat susah. Mungkn lebih tepatnya menjadi wanita yang bekerja dan memiliki anak itu sangat sangat sangat susah. Dunia kerja itu sangat keras dan nggak ada dispensasi bagi ibu hamil atau ibu yang baru melahirkan. Nggak heran dunia kerja Jepang sangat didominasi laki-laki dan sangat susah buat wanita bisa eksis. Makanya tahun-tahun belakangan angka kelahiran menurun drastis karena banyak dari wanita Jepang yang memilih untuk bekerja daripada berkeluarga. Menjadi ayah yang perhatian bagi keluarga mungkin juga susah karena tiap hari harus pulang larut malam dan berangkat pagi. Kadang banyak juga perusahaan yang weekend pun tetep masuk.
Contoh komik yang menggambarkan tipikal suasana lembur di kantor Jepang
taken from http://gakuran.com/work-life-balance-in-japan/ 

Saya punya kenalan orang Indonesia yang kerja di perusahaan Jepang. Saya pernah nanya apa dia juga selalu lembur. Berdasar penyataannya dia sih sebenernya kerjaan itu sudah bisa beres sesuai jam kerja normal. Saat awal-awal kerja dulu dia penasaran kenapa orang Jepang yang lain masih sibuk kerja sampai larut padahal dia yakin kerjaan mereka sudah selesai dari tadi. Dia cuek aja pulang lebih awal. Tapi memang lama-lama nggak enak juga kalau kita pulang duluan sedangkan atasan dan rekan kerja yang lain belum pulang. Akhirnya dia selalu berusaha "menyibukkan" diri sampai malam dan dia yakin sebenernya orang Jepang yang lain juga melakukan hal yang sama yaitu berusaha untuk menyibukkan dirinya. Saya sendiri pernah membaca artikel kalau pekerja nggak lembur itu memalukan dan mungkin aneh karena mereka dianggap nggak kerja.
Hmm tiap negara memang punya budaya yang berbeda-beda dan konsekuensi sebagai orang asing yang tinggal di negara tersebut ya harus terima . Di mana kaki berpijak disitu langit dijunjung.



Comments

Popular Posts